Makna LA ILAHA ILLALLAH

Bismilah, pada kali ini aku share beberapa catatan yang aku catat pada saat mengikuti kajian dengan Ustadz Abu Takeru di instagram, BAB Tauhid episode 1 berjudul Makna LA ILLAHA ILALLAH yang beliau sampaikan dari Kitab Tauhid karangan Syekh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi.

Seorang muslim yang tidak ingin posting tentang dakwah di sosial media mungkin karena takut dengan firman Allah,

"Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?" QS. As-Saff/61: Ayat 2

Namun kewajiban kita adalah melakukan perintah Allah, menyeru orang lain untuk melakukan perintah Allah, menjauhi larangan Allah dan melarang orang lain dari melakukan apa yang dilarang oleh Allah.

Maka bukan tidak boleh kalau kita masih berbuat kesalahan tapi berniat memberitahu orang lain akan kebaikan, Allah berfirman,

“Dan hindarilah siksa yang sekali-kali tidak menimpa secara khusus orang-orang yang zalim di antara kamu. Dan ketahuilah Allah sangat keras siksaan-Nya”. QS. Al-Anfal/8: ayat 25

Minimal mengakui kesalahan/dosa yang dilakukan dan mengingatkan orang lain dengan perlahan ia pun bertaubat dan meninggalkan perbuatan dosa itu.

Lain hal jika dakwahnya tentang tauhid kita insyaallah tidak ada pastinya untuk berbuat kesyirikan kepada Allah, maka buatlah postingan dakwah tentang tauhid ini lebih baik.

Maka dari itu aku mencoba insyaallah untuk rutin membuat catatan kajian-kajian disini mulai sekarang.

Kembali kepada pembahasan Tauhid Allah berfirman,

“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. QS. Adz Dzariyat/51: ayat 56

Ulama berkata secara hukum asalnya jin dan manusia itu Allah ciptakan, seluruh waktunya untuk beribadah. Jadi diusahakan semua kegiatan kita itu dibarengi dengan beribadah.

“Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah, dan jauhilah tagut”, …”. Q.S An-Nahl/16: ayat 36

Tidak cukup hanya kita beribadah kepada Allah tapi kita diwajibkan menolak dan mengingkari seuatu hal yang disembah selain dari Allah ta’ala.

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. …”. Q.S Al-Isra’/17: ayat 23

Diharamkan untuk kita berbuat syirik.

“Katakanlah (Muhammad), “Marilah aku bacakan apa yang diharamkan Tuhan kepadamu. Jangan mempersekutukan-Nya dengan apa pun, berbuat baik kepada ibu bapak, janganlah membunuh anak-anakmu karena miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka; janganlah kamu mendekati perbuatan yang keji, baik yang terlihat ataupun yang tersembunyi, janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu mengerti.”. Q.S Al-An'am/6: ayat 151

“Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. …”. Q.S An-Nisa’/4: ayat 36

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ingin menjelaskan kewajiban bertauhid atas para hamba dan keutamaannya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menyajikannya dalam bentuk pertanyaan, agar lebih berpengaruh pada jiwa dan lebih mudah dipahami oleh orang yang belajar.

Dari Mu’âdz bin Jabal Radhiyallahu anhu , ia berkata, “Aku pernah dibonceng oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas seekor keledai. Lalu Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku,

“‘Wahai Mu’âdz! Tahukah engkau apa hak Allâh yang wajib dipenuhi oleh para hamba-Nya dan apa hak para hamba yang pasti dipenuhi oleh Allâh?’ Aku menjawab, ‘Allâh dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.’ Beliau bersabda, ‘Hak Allâh yang wajib dipenuhi oleh para hamba-Nya ialah mereka hanya beribadah kepada-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Sedangkan hak para hamba yang pasti dipenuhi Allâh ialah sesungguhnya Allâh tidak akan menyiksa orang yang tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.’ Aku bertanya, ‘Wahai Rasûlullâh! Tidak perlukah aku menyampaikan kabar gembira ini kepada orang-orang?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Janganlah kau sampaikan kabar gembira ini kepada mereka sehingga mereka akan bersikap menyandarkan diri (kepada hal ini dan tidak beramal shalih)’.”

 Hadits ini shahih. Diriwayatkan oleh: 

  • Al-Bukhâri, no. 2856, 5967, 6267, 6500, 7373 
  • Muslim, no. 30, 
  • Ahmad, V/228, 230, 236, 242, 
  • Abu Dâwud, no. 2559, 
  • At-Tirmidzi, no. 2643, 
  • An-Nasa`i dalam as-Sunanul Kubra, no. 9943, 
  • Ibnu Mâjah, no. 4296, 
  • Abu ‘Awanah, I/16, A
  • bu Dâwud ath-Thayâlisi, no. 566, 
  • Ath-Thabrani dalam al-Mu’jamul Kabîr, XX/no. 256, 
  • Dan lainnya.

Intinya Rasulullah menyampaikan kalau ada orang yang hanya menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun maka Allah tidak akan menyiksa dia walaupun dia orang yang dosa. 

Namun dalam memaknai hadis ini harus kita pahami ini ada banyak rinciannya yaitu beberapa diantaranya, menyembah Allah dengan ikhlas, dengan penuh keyakinan, penuh kecintaan dan bertaubat dari dosa-dosanya. Jadi maksud dari maksud dari Allah tidak akan menyiksa orang yang tidak mempersekutukan Allah serta melaksanakan poin-poin dari LA ILLAHA ILALLAH.

Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan kepada Mu’âdz Radhiyallahu anhu tentang keutamaan tauhid, Mu’âdz meminta izin kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memberitahukan hal tersebut kepada umat manusia guna menyenangkan mereka. Tetapi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarangnya karena Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam khawatir manusia akan bersandar kepada hal tersebut dan kurang melakukan amal shalih.

Wallahu a'lam, aku bagikan catatan ku ini semoga bermanfaat.

Note: link kajiannya klik disini jika ingin langsung mendengarkan kajiannya.

See you next post! 😉

Sendi Agustian

Berbagi kata-kata, cerita tentang pengalaman dan pemahaman. Juga sampingan dalam hal koding serta berbagi mengenai dunia Informasi Teknologi.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama